Minggu, 01 Januari 2012

Menerangkan Hidup dengan Cahaya-Nya

Menerangkan Hidup dengan Cahaya-Nya

Manusia seringkali tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Tuhan mereka. Mereka tidak henti menyombongkan diri dengan apa yang mereka miliki. Kelebihan yang Allah SWT berikan berupa akal pikiran mereka gunakan untuk berpikir tentang hal yang merugikan. Merugi untuk dirinya sendiri juga orang lain. Kebanyakan dari mereka menyepelekan hal-hal kecil yang mereka lalui. Hal-hal kecil yang mereka rasakan. Banyak kajian yang sudah ditulis, disiarkan maupun dibukukan tentang kelalaian manusia yang telah diketahui sebagai khalifah (pemimpin) di bumi. Berikut firman Allah SWT : ''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?''. Tuhan berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui''(Al-Baqarah:30)
Berbagai wacana yang ditulis tentang hakikat manusia oleh pakar-pakar di bidang tersebut hanya mewakili definisi yang tidak secara riil kita lihat. Kita hanya diberi gambarannya saja. Pembahasan tentang manusia tidak akan ada habisnya. Dan akan sangat sulit untuk menyimpulkan tentang bagaimana sifat dan sikap manusia.
Dan saya harus mengakui bahwa saya adalah manusia. Lalu, apakah saya sebagai manusia juga seperti kebanyakan manusia yang lupa akan nikmat Tuhan nya?
Iya. Terkadang saya lupa kalau saya berasal dari bahan yang setiap orang bermata normal pernah melihatnya. Tanah. Hanya dari tanah saya diciptakan. Dari tanah yang atas kuasa Allah SWT bisa berbicara, mendengar dan melihat. Syukur Alhamdulillah saya terlahir dari keluarga yang sedikit banyak tahu tentang agama. Memfasilitasi saya dengan menyekolahkan saya selain di sekolah dasar negeri juga di madrasah maupun TPQ.
Seperti halnya manusia pada umumnya, saya mempunyai pengalaman yang membuat saya tak bisa melupakannya. Kenyataan yang harus kembali saya terima.
Saya takut gelap.
Pernah suatu kali saat saya belajar, listrik di daerah saya padam total. Bukan teriakan histeris yang keluar dari mulut saya. Saya terdiam dan mulai merasakan sakit di sekujur tubuh saya. Saya takut. Sejak saat itu (SD kelas 2) saya sangat menghargai cahaya.
Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Definisi ini saya dapatkan dari Wikipedia.
setelah kejadian itu, saya membayangkan bagaimana hidup saya tanpa cahaya.
Apakah saya harus hidup dalam ketakutan yang gelap?
Karena tanpa cahaya mata kita tidak mapu mengenali benda-benda di alam semesta ini. Tanpa cahaya hidup kita akan ‘gelap’ mungkin hati kita juga akan ikut gelap. Mata kita dirancang untuk mengenali sebuah benda, benda tersebut harus memantulkan cahaya agar ditangkap oleh kornea, kemudian diteruskan ke lensa melalui pupil. Organ yang kita punya merupakan modal awal kita. Namun, modal tanpa sarana tidak akan berguna. Walaupun mata kita normal dan sehat, namun tak ada cahaya, maka kita tak mampu untnuk mengenali suatu benda.
Berangkat dari pemikiran sederhana tersebut, saya mulai menghargai hal-hal kecil yang membuat saya lebih hidup di kehidupan ini. Betapa Allah telah merancang begitu indahnya dalam setiap detail hidup kita. Allah telah menyediakan cahaya agar mata kita bisa melihat suatu benda. Melihat rangkaian huruf untuk  materi belajar kita.
Ketaqwaan yang timbul bukan hanya dari ucapan saja. Saya bersyukur atas cahaya dan hal lain yang Allah berikan pada saya. Dan karena ‘cahaya’ itulah, saya ada di sini. Di UNNES Pendidikan Fisika.
Ketertarikan saya pada perhitungan yang dikemukakan Boltzman maupun Huygens maupun Faraday, membuat saya menekuni bidang ilmu ini. Rasa syukur saya lakukan dengan merawat kesehatan mata saya. Membersihkan diri saya dari hawa nafsu setiap seminggu dua kali.
Dengan ditemani cahaya, saya menyucikan diri saya setiap malam untuk melakukan sholat qiyyamullail. Saya yakin, Allah SWT tidak akan memberikan ‘kegelapan’ untuk saya, selagi saya masih terus mencari ‘penerangan’ dari-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar